Pil 'Pahit' Ka-Pe-Ka

Hasil gambar untuk kpkKontributor/Penulis : Dasrul Cymank

 JurnalisWarga - #BeraniMemberitakan | Semua orang mengerinyitkan kening. Maknanya bisa bermacam-macam. Ketar-ketir sangat terasa begitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyematkan status tersangka kepada orang terkuat Sulawesi Tenggara, Dr Nur Alam. Apakah ini baik atau buruk bagi kita?

Memang bukan tokoh politik namanya kalau tidak punya fans dan musuh. Biasanya kalau musuhan, kita pasti bersorak jika dapati 'lawan' tengah ditimpa naas. Atau sebaliknya, kawan atau bahkan bos kita ditimpa kesedihan, kita juga ikut-ikutan sedih.

Tapi, kali ini, harusnya bacaan kita lain. Karena ini menyangkut daerah. Menyangkut kebersamaan kita sebagai masyarakat di daerah ini. Bagaiamanapun Dr Nur Alam adalah Gubernur Sulawesi Tenggara, Bapak seluruh rakyat Sultra. Alangkah baiknya jika kita lebih hati-hati dan lebih bijak berbicara ataupun bertindak terkait masalah ini. Bahwa apa yang terjadi dengan gubernur kita saat ini, baik atau buruknya, merupakan masalah kita juga secara keseluruhan. Masalah Sultra atau bahkan masalah bangsa Indonesia secara umum.
Bila lebih disimak, aktor-aktor sentral di pusaran itu sebenarnya ada di para pebisnis rakus itu. Satu atau lebih para pemangku jabatan itu, sekadar sekrup kecil di putaran mesin uang para 'mafia'kapital ini.

Jika disimak, terlihat bagaimana jejaring 'jahat' ini memang dirajut dalam jalinan maksud-maksud buruk orang-orang itu. Yang pada akhirnya ketahuan bahwa cuma satu sosok raksasa. Dalang dari semua rentetan kasus ini, para kartel tambang internasional, baik yang bekerja di Kabaena atau daerah lainnya di negeri ini.

Pemberian, hadiah, serta bonus dari raksasa ini hanyalah sebagian kecil dari untung yang diraup selama ini. Lihat saja, saat terbentuknya PT Anugrah Harisma Barakah (AHB) atau bahkan PT Billy Indonesia. Bahwa dengan modal kecil sekalipun, mereka bisa meraup keuntungan hingga ribuan kali lipat. Itu cuma 'sekali pukul'. Bagaimana bila hal itu berlangsung tahunan?
Bila mau objektif, tidak ada dan tidak rasional bila ada kegiatan seperti itu. Kecuali, mungkin, dilakukan dengan berbagai tipu daya dan kecurangan. Walau begitu, ada manfaat serta hikmah atas kondisi yant terjadi ini. Paling tidak, kita sadari begitu berbahayanya orang yang terlalu mengikuti hasrat. Selain itu, harusnya selalu waspada atau sadar, 'Keberuntungan Itu Tidak Selalu Ada di Setiap Saat'.

Tapi saya sepakat dengan Aristoles. Kata pemikir kuno itu bahwa "Pembentukan moral individu membutuhkan waktu yang panjang karena moral berkembang sepanjang rentang usianya. Dibutuhkan waktu yang panjang agar nilai-nilai menjadi kebaikan dan membentuk kesadaran intelektual, sehingga individu selalu berpikir dan merasakan nilai-nilai tersebut. Kemudian menjadi keyakinan kuat, yaitu keteguhan untuk mewujudkan perilaku baik (positif) dilingkungannya, walaupun ada tekanan dan kesempatan untuk bertindak sebaliknya (negatif)".
Dari sisi ini kita belajar bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Pil pahit yang harus kita telan ini mungkin akan jadi obat mujarab bagi kita secara keseluruhan. Dalam membentuk pemerintahan serta peri kehidupan kemasyarakatan kita ke depan.

Semoga di masa-masa mendatang kita orang Sultra atau rakyat Indonesia, secara umum, bisa lebih baik. Tidak lagi membutuhkan obat 'keras' sejenis komisi anti rasuah ini. KPK bubar, lantaran tak ada lagi pekerjaan untuk mereka.
BAGIKAN

JurnalisWarga - Memberitakan Yang Terjadi | Visit: www.jurnaliswar.ga| Artikel Ini Publikasikan Oleh Unknown

    Beri Komentarmu
    Komentar Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

PALING BANYAK DI BACA DI JurnalisWarga

BACA JUGA BERITA TERKINI LAINNYA